ini dia versi lain dari serial Love like A Nigtmare yang ane buat (walaupun banyak kesamaan dalam alur cerita)...
semoga terhibur...
mohon kritik dan sarannya....thnx
Mentari pagi mulai menyinari dunia yang fana ini.
Kruyuk-kruyuk bunyi perut membangunkan Andri dari tidur panjangnya. Dengan
malas ia mengambil handuk dan menyeretnya ke kamar mandi. Air hangat mulai
mengalir dan membasahi seluruh tubuhnya. Ia termenung, dan tanpa sadar air mata
mengalir kedua bola matanya.
“ Kenapa ini semua harus terjadi…”,
kata-kata itu terus berkecamuk di dalam kepalanya.
Tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak lalu diam
kembali sambil mengusap kedua matanya. Seusai mandi , Andri mengenakan pakaiannya
kembali. Ia keluar dari rumah dan mengikuti kemanapun langkah kaki membawanya. Terus
berjalan menyusuri sepanjang jalan yang tak berujung ini. Hingga pada suatu
ketika ia berhenti pada sebuah kerumunan orang di pinggir jalan. Semua orang
menghentikan kegiatan mereka untuk menyempatkan diri untuk melihat kejadian
tersebut.
“Ada kejadian apa pak ? ”, Tanya
Andri kepada seorang pria tua di tempat tersebut.
“ Ada seorang pemuda yang tewas
tertabrak becak..”, jawab pria tua itu.
“ Menurut hasil autopsi polisi ,
sebenarnya pemuda tersebut bukan meninggal gara-gara tertabrak becak melainkan
karena penyakit epilepsinya kumat. Sungguh ironis sekali..”, timpal seorang
remaja yang ikut menonton peristiwa tersebut.
Ia termenung sejenak, entah mengapa manusia
tidak dapat mengetahui takdirnya. Entah itu tua maupun muda, pada akhirnya
hanyalah kematian yang akan terus setia menunggunya. Hidup dan mati adalah
takdir yang telah digariskan oleh Tuhan kepada seluruh makhluk ciptaannya.
Takdir yang menggerakkan boneka bernama manusia untuk mengisi kekosongan dunia.
Menjalankan kehidupan layaknya sebuah panggung sandiwara.
Satu persatu orang-orang mulai
meninggalkan tempat itu. Andri pun melanjutkan perjalanannya. Suara mesin
kendaraan yang berlalu lalang bagaikan sebuah melody yang memecah kesunyian di
lampu merah tersebut. Hamparan pengemis dan pedagang asongan memenuhi lampu
merah demi mengais rejeki agar dapat bertahan hidup. Keadaanlah yang memaksa
mereka untuk melakukan hal tersebut. Karena tak tahu lagi akan pergi kemana, ia
pun memutuskan untuk pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah ia menjatuhkan
diri ke kasur empuknya. Kejadian tadi siang membuatnya terbawa pada kenangan yang
ingin sekali ia lupakan. Ia pun tertidur dengan lelap.
Semenjak
kedua orang tuanya meninggal, Andri menjadi seorang anak yang pendiam. Semua
Nilai mata pelajarannya turun drastis. Wajah yang dulunya selalau ceria kini
telah berubah menjadi bermuram durja. Banyak sekali kejadian yang telah merubah
kehidupannya. tak hanya kehidupannya saja yang berubah, Kepribadiannya pun ikut
berubah.
Ia
pun meringkuk di sudut kamarnya sambil memeluk sebuah boneka yang entah berbentuk
apa boneka tersebut. Sebenarnya boneka tersebut pemberian kedua orang tuanya
sebelum meninggal. Lagu “ I miss You ” dari Blink 182 ikut serta mengiringi
suasana yang sedang suram itu. Perasaan
tertekan terus saja menghantuinya.
“
Apa itu cinta? ”
“Apa
itu persahabatan? “
“Apa
sebenarnya tujuanku hidup? ”, Hanya kata-kata itu yang terus berkecamuk di
dalam hatinya.
Bukan hanya ditinggal orang tuanya,
Ia juga di tinggal oleh cinta maupun sahabat-sahabatnya. Itulah yang
menyebabkan dia malas untuk pergi ke sekolah. Ia menganggap seluruh mata yang
menatap seolah memandang rendah dirinya. Tanpa sadar ia membalas tatapan mata
mereka dengan tatapan tajam seolah menampakkan suatu kebencian dan kepedihan
yang begitu dalam. Hidupnya kini tak ubah seperti boneka yang
terluntang-lantung tanpa memiliki tujuan. Ia duduk terdiam dan berharap
kematian segera menjemputnya. Seandainya saat ini para Telletubeies ada disini,
ingin sekali ia mengajak mereka untuk (Berrrrrpeeeluuukaaaan).
Sesaat
Andri pernah berpikir untuk bunuh diri saja. Bebagai cara telah dicobanya untuk
bunuh diri, tapi tak ada satu pun yang berhasil. Seperti ketika ia salah minum
racun tikus yang sebenarnya adalah obat pencuci perut. Sehingga ia harus
bolak-balik keluar masuk WC. Berusaha
untuk menabrakkan diri ke para tukang becak, akan tetapi tak ada satu becak pun
hari itu karena sedang ada razia bagi para pengemudi becak yang tidak memiliki
SIM ( Surat Ijin Mbecak ).
Dalam
hati ia berteriak, ” Apa yang akan kau lakukan jika kau berada dalam posisiku
ini, wahai Ryan sang penjagal dari jombang!!!”
“
Apakah aku harus menjadi seorang homo dan memutilasi mereka yang sudah melukai
hatiku, lalu membuang mayat mereka ke laut agar menjadi makanan ikan sepat,
wader, uceng dan mbethol di lautan!!!!”.
Ia
pun lari sejauh mungkin, dan berharap bisa lari dari semua perasaan yang
memuakkan hati tersebut. Tapi itu tak kan mengubah apapun, karena hatinya sudah
mati.
Mati dari perasaan gembira, cinta
maupun kepedulian. Yang tersisa hanyalah kepedihan yang begitu mendalam. Hal
tersebut membuatnya lebih suka menyendiri dari pada berkumpul dengan
masyarakat. Mengasingkan diri dari keramaian duia yang terus menyesakkan
dadanya.
Ia
pun terus berlari tanpa henti. Hingga tanpa terasa langkah kaki membawanya pada
sebuah jembatan yang begitu besar. Andri sudah tak mampu untuk berpikir jernih,
pikiranya telah kacau balau dan gelap gulita. Ia memutuskan untuk bunuh diri
dengan cara terjun dari jembatan tersebut. Ketika ia sudah memantapkan diri dan
siap terjun. Tiba-tiba terdengar suara seorang gadis mencegahnya.
“
STOOOP….!!!”, teriak gadis itu.
“
Ada apa mbak?”, Tanya Andri pada gadis itu.
“
Jangan bunuh diri disini!!!”, jawab gadis itu.
“
Lho memangnya kenapa?”
“Aku
tak mau di jadikan saksi!!!” jawab gadis itu lagi.
“
Ya , sudah kalau begitu mbaknya pergi saja”.
“
Aku tidak mau!!, lagi pula buat apa masnya bunuh diri ?, merepotkan polisi dan
warga sekitar saja!!!” .
Gadis
itu tetap bersikeras untuk tidak mau pergi. Dari dalam saku ia mengambil
handphonenya.
“
Kalau mau mati, mati saja sana!!!”
“Aku
sudah siap menelpon tim SAR, kantor polisi, puskesmas, pak RT, bu RW juga
tukang gali kubur, kalau kau lanjutkan niatmu itu!!!” , teriak gadis itu lagi.
Tatapan
matanya begitu tajam. Aku tidak bisa bergerak. Seolah-olah seperti puluhan ribu
anak panah menusuk tubuhku. Keringat mulai bercucuran, jantungku
berdebar-debar, membuat nyaliku ikut menciut.
Andri pun
turun dari pinggir jembatan itu. Ia berjalan mendekati gadis itu. Lalu bertanya
pada gadis tersebut.
“
kenapa mbaknya tadi mencegahku untuk bunuh diri?, padahalkan kita tidak saling
mengenal!!!”.
“
Bukankah sebagai sesama boneka bernama
manusia kita harus saling tolong-menolong dan saling mengingatkan”. Jawabnya
“ Lagi pula kata pak ustad
bunuh diri itu adalah dosa dan dilarang oleh agama”.
Kata-kata
gadis itu menggetarkan hatiku. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Mulutku
seperti tertutup rapat mendengarkan kata-kata gadis itu tadi.
“
Oh iya , saya belum memperkenalkan diri, nama saya Dewi”. Ia mengulurkan
tangannya sambil tersenyum kepadaku.
“
Andri ” jawabku sambil menjabat tangannya.
Tiba-tiba
sebuah mobil mercy warna perak berhenti di dekat kami. Dari dalam mobil
tersebut keluarlah seorang pria botak, berjenggot lebat dan mengenakan jubah
putih. Kalau diingat wajahnya mengingatkanku kepada seorang syekh yang sering
muncul di layar kaca karena pernikahannya dengan seorang anak SMP.
“
Eh, papa!!!”, Dewi mendekati pria itu.
“
Ayo pulang, sudah sore!!!”.
“
Sampai jumpa, kalau berjodoh mungkin kita bisa bertemu kembali!!”, katanya
sambil melambaikan tangannya kearahku.
Tanpa
sadar aku membalas lambaiannya itu.
Ia
masuk ke dalam mobil itu. Mobil itu pun telah pergi entah kemana. Andri
memutuskan untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah ia tersenyum-senyum
sendiri. Entah mengapa untuk pertama kalinya ia dapat melupakan semua masalah
yang selalu membebaninya. Semua perasaan benci dan kepedihan yang selama ini
mengendap di hatinya, tiba-tiba hilang entah kemana. Ia pun tertidur dengan
senyum menyungging di wajahnya.
Entah kenapa semenjak pertemuanku dengan dewi, hidupku
menjadi berubah. Aku seakan menemukan tujuan hidup yang selama ini kucari.
“ Apakah ini yang disebut dengan
cinta?”, pikiran itu terus terngiang di kepalanya.
Satu minggu telah berlalu. Andri tak
dapat melupakan kejadian di jembatan waktu itu. Sepertinya kegelapan yang
selalu menyelimuti hatinya mulai memudar. Ia mulai dapat mempercayai orang
lagi. Seperti biasa , setiap malam minggu Andri dan teman-temannya nongkrong
pos ronda sambil menyantap bakso. Tak lama setelah adzan sholat isya
berkumandang, pak haji dan putrinya lewat di depan kami.
“ ehh…. Dewi!!” celetuk salah
seorang temanku.
Dewi tersenyum kepadaku. Sementara
pak haji hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkah laku temanku itu.
“ Hei…!!!” teriak Feri menyadarkanku
dari lamunanku.
“ Mana mungkin kamu bisa mendapatkan
anak pak haji!!, sholat saja tidak pernah!!. Coba kamu ingat kapan terakhir
kali kamu sholat?”, celetuk salah seorang temanku.
Kata-kata temanku tersebut membuatku
sadar.
“ Apa yang telah aku lakukan selama
ini ”
“
Mengapa aku meninggalkan ibadah”, kata hatiku yang mulai berbicara.
Andri
mulai mengatur kembali kehidupannya yang dulu pernah hilang. Dengan perlahan
kehidupannya mulai membaik.
“Obat
hati.. ada lima perkaranya..”, nada dering tersebut terdengar ketika Feri
menelpon Andri. Ia berniat untuk mengajak Andri nongkrong di tempat biasanya.
“
Ehh… sudah tobat ini anak!!”, kata Feri dalam hati.
Walaupun
kehidupan Andri sudah mulai membaik, akan tetapi baying-bayang kematian mulai
menghampirinya kembali. Merasa hidupnya tidak lama lagi ia memutuskan untuk
menyatakan perasaannya itu kepada Dewi.
Malam
minggu berikutnya. Setelah bersepakat dengan Dewi, akhirnya mereka bertemu di
sebuah restoran. Seusai menghabiskan makanan, mereka pun mengobrol.
“
Wi.., boleh tidak aku meminta sesuatu dari kamu?”
“
Minta apa Ndri?, kalau Cuma 1000 atau 2000 tak masalah!”.
“
Bukan itu maksudku!!”, jawab Andri dengan nada tinggi.
“
Lha terus maumu apa?”.
“Aku
mau menitipkan ini padamu”, kata Andri sambil mengeluarkan sebuah boneka dari
sakunya.
“
Mungkin aku akan pergi ke tempat yang sangat jauh, jadi kutitipkan benda
milikku yang paling berharga ini padamu”.
“
Jangan lupa oleh-olehnya ya!!” celetuk Dewi sambil tersenyum.
Andri
membalas senyumannya. Tak lama kemudian mereka meninggalkan tempat itu. Dalam
perjalanan tanpa disengaja mereka bertemu dengan Feri. Ketika sedang
menyeberang jalan, Tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi
menerjang Andri. Kemeja Andri yang tadinya putih kini telah berubah menjadi
merah darah. Dewi dan Feri berlari menghampiri Andri yang sedang sekarat.
“Cepat
panggil ambulans!!”, teriak Feri yang panik karena melihat sahabatnya bersimpah
darah.
Dewi
yang juga ikutan panik di tenangkan oleh Andri.
“
Wi... sebenarnya selama ini aku suka sama kamu, tapi sepertinya aku sudah
terlambat!, semoga kamu bisa bahagia”. Kata Andri lirih.
“
Fer.. aku punya sebuah permintaan!!, apakah kau mau membantuku?”.
“Apapun
itu ,aku akan mencobanya sebisaku!!, meskipun jika permintaanmu itu
mengharuskan aku untuk pacaran dengan Dewi”, jawab Feri penuh semangat.
“Bukan
itu!!!, aku ingin kamu membayarkan hutangku selama ini di wartegnya Bu Sulis,
terima kasih sebelumnya”.
Kini
tidak ada lagi penyesalan yang akan tertinggal. Setelah mengucapkan kalimat
syahadat, ia pun menutup matanya dengan perlahan. Sebuah senyum puas
tersungging menghiasi wajahnya. Sementara itu Dewi hanya bisa meneteskan air
mata sambil melepas kepergian Andri.
THE END
0 komentar:
Posting Komentar